Kamis, 30 April 2009

ASPEK IBADAT,LATIHAN SPIRITUAL DAN AJARAN MORAL

Manusia dalam Islam tersusun dalam dua unsure, yaitu jasmani dan rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Oleh karena itu amatlah penting supaya roh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia juga mendapat latihan.

Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.

Sholat
Di antara ibadat Islam, sholatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan. dalam dialog dengan Tuhan itu seseorang meminta supaya rohnya disucikan, sehingga rohnya akan dapat menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatanperbuatan tidak baik, apalagi dari perbuatan-perbuatan jahat.

Puasa
Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan hawa nafsu makan. Latihan jasmani dan rohani di sini bersatu dalam usaha mensucikan roh manusia. Di bulan puasa dianjurkan pula supaya orang banyak melakukan hal-hal yang membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah.

Haji
lbadat haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah (Rumah Tuhan dalam arti rumah peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Tuhan di dunia ini). Bacaan-bacaan yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu juga merupakan dialog antara manusia denga Tuhan. Usaha pensucian roh di sini disertai oleh latihan jasman da latihan rasa persaudaraan sesama manusia.

Zakat
Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh. Di sini roh dilatih menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota masyarakat yang berada dalam kekurangan.

Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agma primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat.
Dalam Surat Adz Dzariat ayat 56 :





ayat ini diartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada Tuhan yaitu mengerjakan shalat, puasa, haji dan zakat. Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata "liya'budun” disini lebih tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja, apalagi menyembah. Lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk dan patuh dan kata memang mengandung arti tunduk dan patuh sehingga arti ayat itu menjadi : 'Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaKu ".

Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan muttaqi, yaitu menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di Hari Kiamat dengan mematuhi perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan. Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat baik dan tidak untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yang memilih kejahatan.

Kata sembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafat lain dari falsafat Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam faham masyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafat masyarakat serupa ini kekuatan gaib yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajen agar ia jangan murka dan jangan membawa bencana bagi alam.

Dalam Islam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat yang dikasihi. Rahman dan Rahim berarti pengasih lagi Penyayang, jadi bukan Tuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia. Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan, agar dengan demikian roh mausia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam.

Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral. Dalam Surat Al-Ankabut ayat 45
menyatakan : “Salat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik”.
Dalam suatu hadist :

Yang mengandung arti bahwa salat yang tidak mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik bukanlah sebena salat. Salat demikian tidak ada artinya dan membuat orang berubah jauh dari Tuhan.

Dalam suatu hadis Qudsi:

yang artinya yaitu Tuhan akan menerima salat orang yang merendah diri tidak sombong, tidak menentang malahan selalu ingat kepada Tuhan dan suka menolong orang-orang yang dalam kesusahan seperti fakir miskin, orang yangdalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya salah satu tujuan shalat ialah menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik.

Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Dalam Surat Al-Baqarah 183 mengatakan :

Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai halnya dengan umat sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.

Bertakwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hadis-hadis Nabi juga mengkaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan baik.


Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan tidak baik tidak ada gunanya.

Mengenai haji diterangkan dalam surat Al Baqarah ayat 197,

ayat ini menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak mengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar.

Mengenai zakat diterangkan dalam Surat Al Taubat ayat 103, menerangkan bahwa zakat diambil untuk membersihkan dari harta dan mensucikan pemiliknya.

Selain itu diterangkan dalam hadist


Hadist tersebut menerangkan bahwa arti sedekah luas sekali sehingga ia mencakupi senyuman kepada manusia, seruan pada perbuatan baik dan larangan dari berbuat jahat, memberi petunjuk kepada manusia, menjauhkan diri dari jalan, memberi air yang ada digayung kita kepada orang yang berhajat dan menuntun orang yang lemah penglihatannva.
Bahwa semua ibadat itu dekat hubungannya dengan pendidikan moral dijelaskan lebih lanjut oleh hadis-hadis di bawah ini. Pernah orang bertanya kepada Nabi :


Jadi sebagaimana dijelaskan hadis ini orang yang kuat sembah, berpuasa dan bersedekah, tetapi lidahnya menyakiti tetangga, masuk neraka. Dan orang yang sedikit menjalankan ibadat sembahyang, puasa dan sedekah, tetapi tidak menyakiti hati tetangga akan masuk surga.


Hadist diatas menerangkan : Bahwa orang yang berdusta, tidak menepati janji dan berkhianat, munafik, sungguhpun ia mengaku dirinya orang Islam, berpuasa, mengerjakan salat, haji dan umrah.

Menurut hadis berikut :

Hadist di atas menerangkan :ada hal yang lebih tinggi derjatnya dari salat, puasa dan sedekah. Ketika para sahabat mengatakan ingin mengetahui hal itu, Nabi menjawab : Memperbaiki tali persahabatan.
Hadits di bawah ini:


menerangkan : bahwa sifat pemurah membuat orang dekat pada Tuhan dan surga, sedang sifat bakhil membuat orang jauh dari Tuhan surga. Dan begitu terpujinya sifat pemurah sehingga orang (tidak tahu) tetapi pemurah lebih dikasihi Tuhan dari orang banyak beribadat tetapi bakhil.

Demikianlah Al-Qur’an dan hadits menjelaskan bahwa ibadat sebenarnya merupakan latihan spirituil dan moral dalam Islam membina manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur.

Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur’an dan juga membawa ajaran-ajaran atau norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiap orang Islam.

Dalam Surat Al Nisa’ ayat 58, mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap ikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang dipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak. Juga ayat ini mengajarkan supaya manusia berlaku adil.

Dalam Surat Al-Nahl Ayat 90 menjelaskan disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baik kepada orang dan menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidak baik dan jahat.

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 188 mengatakan :
Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan alasan palsu dan jangan bawa hal itu ke depan hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan harta orang lain dengan jalan tidak benar.

Dalam dari Surat Ibrahim Ayat 24, 25 dan 26 menerangkan bahwa kata-kata baik serupa dengan pohon subur yang akarnya teguh dan rantingnya meninggi ke langit bahwa kata-kata buruk serupa dengan pohon yang dekat mati akan tercabut dari tanah karena tak mempunyai dasar.

Dalam Surat-Hujurat ayat 11 dan 12 lebih lanjut lagi mengajarkan hal-hal berikut :
Janganlah mencemoohkan orang lain, karena mungkin lebih baik dari kita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan tidak baik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakan dosa; jangan mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang. Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi.
Selain dari ajaran-ajaran akhlak, Al-Qur’an bahkan mengandung ajaran-ajaran bagaimana seharusnya tingkah laku seseorang dalam hidup sehari-hari.

Surat Al-Nur ayat 27 dan 28 menjelaskan:
Umpamanya mengajarkan agar seseorang jangan memasuki rumah orang lain sebelum meminta izin serta memberikan salam dan kalau tidak diberi izin masuk supaya kembali saja, karena itu adalah lebih baik.

Surat Al-Nur ayat 58 juga menjelaskan :
Selanjutnya mengajarkan agar sebelum memasuki ruang tertutup orang harus meminta izin terlebih dahulu, dengan mengetok umpamanya, tiga kali, walaupun bagi anak yang belum dewasa.

Demikianlah pentingnya budi-pekerti luhur dan tingkah laku sehari-hari dalam Islam, sehingga hal-hal itu disebut Tuhan dalam Al-Qur-an. Dan Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa beliau diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi-pekerti luhur.

Berkata benar dan tidak berdusta adalah norma moral yang penting. Nabi mengatakan : “Kata benar menimbulkan ketentraman tetapi dusta menimbulkan kecemasan”. Menurut 'Aisyah, sifat yang paling dibenci Nabi ialah berdusta.

Nabi mengatakan bahwa derajat yang tinggi diberikan Tuhan kepada orang yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang tak menghargainya, memaafkan orang yang tak mau memberi apa-apa kepadanya dan tetap bersahabat dengan orang yang memutuskan talipersaudaraan dengan dia.

AlQur'an mengatakan

Al-Qur’an mengatakan .
Tegasnya, Islam sebagai halnya dengan agama-agama lain, amat mementingkan pendidikan spirituil dan moral. Di sinilah sebenarnya terletak inti-sari sesuatu agama.

Pokok masalah bagi aliran-aliran teologi yang terdapat dalam Islam ialah : Dapatkah manusia melalui akalnya mengetahui perbuatan mana yang buruk ? Ataukah untuk mengetahuiitu, maka perlu pada wahyu ?

Golongan Asy'ariah mengatakan bahwa soal baik dan tidak tak dapat diketahui oleh akal. Sekiranya wahyu tidak diturunkan Tuhan, manusia tidak akan dapat memperbedakan perbuatan buruk dari perbuatan baik. Wahyulah yang menentukan buruk-baik sesuatu perbuatan, sehingga manusia tidak mempunyai kewajiban apa-apa sebelum turunnya wahyu.

Kaum Mu'tazilah
berpendapat bahwa akal manusia cukup kuat untuk mengetahui buruk-baiknya sesuatu perbuatan. Wahyu dating hanya untuk memperkuat pendapat akal manusia dan untuk membuat nilai-nilai yang dihasilkan fikiran manusia itu bersifat absolut dan universil, agar dengan demikian mempunyai kekuatan mengikat bagi seluruh umat.

Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga di akhirat, juga erat hubungannya dengan soal baik dan buruk ini, perbuatan baik bukan hanya yang merupakan ibadat, tetapi juga perbuataan baik duniawi perbuatan buruk, dan jahat yang dilakukan manusia, terhailap sesama manusia dan juga terhadap makhluk lain di dunia. yang ingin dibina Islam ialah manusia baik yang menjauhi perbuatan-perbuatan buruk atau jahat di dunia ini. Manusia serupa inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin (orang yang bertakwa).

Mu'min ialah orang yangpercaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber nilai-nilai yang bersifat absolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan dan muttaqin atau orang bertaqwa adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, yaitu orang yang patuh pada Tuhan, dalam arti patuh menjalankan perintah-perintahNya dan patuh menjauhi larangan-laranganNya.

Kata muttaqin dalam Al-Qur’an memang dihubungkan dengan nilat-nilai seperti suka menolong, sungguhpun si penolong sendiri berada dalam kekurangan, dapat menahan amarah, suka membei maaf kepada orang lain, menepati janji, sabar, tidak tinggi hati, suka kepada kebaikan dan benci pada kejahatan, berbuat baik kepada orang lain, jujur, suka pada kebenaran dan sebagainya. Kata muttaqin dalam A1-Qur’an selanjutnya dikontraskan dengan orang yang berbuat onar dan kacau dalam masyarakat, orang yan berbuat buruk, orang yang berdusta, orang yang bersikap zalim, penjahat, amoral dan sebagainya. yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin sebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak mengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakan ajaran yang penting sekali dalal Islam. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnya untuk mendorong manusia kepada perbuatan perbuatan baik.

Tidak ada komentar: